Seorang pemohon keadilan Gai Fengzhen telah dipenjara di Kamp Kerja Paksa Masanjia di Provinsi Liaoning sebanyak dua kali. Dia (wanita), telah mengungkap pengalamanya selama berada di dalam kamp, salah satunya adalah menyaksikan praktisi Falun Gong disiksa sampai meninggal dengan pakaian yang penuh darah. Bagian administrasi menerima 10.000 yuan dari pemerintah bagi setiap anggota Falun Gong yang dipaksa untuk meninggalkan latihan tersebut. Pada kedua kalinya Gai dimasukkan ke kamp pada 7 April 2008, karena dakwaan “mengganggu ketertiban umum” (istilah PKC untuk para pengunjuk rasa pencari keadilan) di tangkap di Beijing karena melakukan permohonan keadilan dan dihukum satu setengah tahun di kamp kerja paksa.

Menurutnya selama Pesta Olimpiade Beijing tahun 2008, penguasa sering menangkap praktisi Falun Gong dan para pemohon lain untuk mencegah mereka melakukan protes di depan umum. Mulai bulan Juni 2008, penguasa memobilisasi penjaga pria dan wakil-wakil kamp ke kamp kerja paksa wanita. Penjara yang terisolir di Masnjia dipenuhi oleh para praktisi Falun Gong dan para pemohon. “Tidak ada pintu dan jendela dalam penjara, tidak ada ruang untuk udara segar. Adalah ruang isolasi tertutup selama 37 hari, saya menyaksikan bagaimana petugas menyiksa para praktisi Falun Gong di tahanan tertutup ini,” kenang Gai. “Kejadian pada 9 atau 10 September 2008. Saya pergi kekamar kecil jam 9:30 malam saya melihat petugas menyiksa dua praktisi. Saya mendengar jeritan mengerikan ketika mereka disiksa sampai setengah mati. Ada enam penjaga pria menyiksa praktisi Zhang (wanita). Mereka berulangkali menusuk vagina dan saluran kencingnya dengan Q-tips dan jepitan dan tidak mengijinkannya menggunakan kamar kecil. Praktisi itu sekarat.

“Kemudian enam orang pria dengan sarung tangan putih membawanya keluar. Tidak ada yang tahu nama lengkap dari praktisi ini. Beberapa dari kami mengetahui bahwa dia di pindahkan. “Kami melihat petugas mengubur sesuatu dibelakang gedung. Hari berikutnya kami melihat mereka menggali beberapa pakaian penuh darah. Itu adalahpakaian yang dipakai praktisi.

Penyiksaan

Gai mengenang suatu malam tahun 2008, kapten penjaga, Wang Yanping, mengumpulkan 60 praktisi dan pemohon mengatakan kepada mereka bahwa kamp telah menangani 1000 dari mereka dalam waktu 20 tahun. Penjaga menyetrum praktisi dengan tongkat listrik dan tidak memberi makan kepada mereka. Ketika mereka memprotes dengan mogok makan, petugas tidak ambil pusing. Jika pejabat tinggi datang untuk mengunjungi, petugas akan memberi makan paksa para praktisi. Mereka membuka mulut praktisi dengan alat pelebar vagina (alat untuk membantu proses persalinan), yang sering mematahkan gigi mereka. Para praktisi diikat di “Tempat Tidur Mematikan,” “Kursi Harimau,” dan menonjok wanita pada bagian kemaluan dan bagian-bagian pribadi.

Liu Xiujuan dipenjara bersamaan dengan Gai. Menurut Lu, petugas sering kali menggantungnya dengan tali yang diikat pada borgolnya. “Saya tidak bisa bergerak berjam-jam. Saya kencing dicelana ketika saya diturunkan. Saya memuntahkan banyak darah dan pingsan beberapa kali karena penyiksaan. Saya masih memiliki bekas luka sekarang.” Ketika mereka menyetrum dengan tongkat listrik, saya bisa melihat pijaran listrik keunguan. Kulit saya terbakar dan bercampur dengan darah, dan mereka menyiram saya dengan air dingin. Punggung saya terbakar dan saya tidak bisa terlentang,” kata Lu.

Budak Pekerja

Gai mengatakan Kamp Kerja Paksa Masanjia melakukan kontrak dengan pabrik pembuat pakaian dari banyak jenis usaha. Pekerjaan murah yang paling kotor adalah kerja melinting kapas menjadi benang. “Mereka membayar saya enam yuan atau Rp. 90, untuk menyelesaikan satu pekerjaan. Tidak ada perlindungan terhadap debu dan kami harus bekerja dari jam 5 pagi sampai jam 10 malam. Jari-jari saya menjadi kapalan dan bengkok. Saya harus membayar sendiri biaya dokter,” kata Gai. Kamp kerja paksa ini juga memaksa para tahanan untuk bekerja 10 jam sehari guna membuat pakaian. Jika targetnya tidak terpenuhi mereka harus bekerja sampai tengah malam.

Laporan dari Civil Rights & Livelihood pada 4 Juni 2010 bahwa terjadi pembudakan pekerja di Masanjia. Ada empat kelompok di Kamp dan setiap kelompok ada 200-300 tahanan. Setiap hari mereka harus membuat 900 jas. Dari bulan Mei sampai Desember tahun 2009, salah satu kelompok dengan 200 tahanan telah membuat 40.000 jas polisi dan pakaian lainnya. “Hari dimana saya dilepaskan, saya hampir merangkak pulang dari Masanjia, saya lebih baik mati dari pada hidup,” kata Gai. “Untuk memohon keadilan, saya pergi dari pemeritahan lokal sampai ke Beijing, dari Kongres Rakyat sampai Pelindung Rakyat.” Satu dari sekretaris Partai di Wilayah Tiexi, Kota Shenyang, mengatakan kepada Gai bahwa dia lebih baik kepenjara untuk selama-lamanya jika dia berani menuntut siapapun. “Dia mengatakan kepada saya bahwa materi propaganda negara adalah untuk dibaca orang asing dan untuk mencuci otak rakyat China. Dia memperingatkan saya bahwa saya tidak akan pernah memenangkan perkara.”

Ketika Gai di kamp, orang tuanya meninggal dunia karena menderita tekanan mental yang hebat. Suaminya juga di masukkan kamp kerja paksa karena mengajukan permohonan atas hak-haknya. Karena siksaan yang dialaminya dalam kamp kerja paksa, tubuhnya menjadi bengkok, dia mengalami masalah ginjal dan jantung, darah tinggi dan bengkok persendian tulang punggung. Dia mengalami kesusahan untuk menegakkan kepalanya. Menurut Gai, Kamp Kerja Paksa Masanjia punya divisi wanita dan divisi laki-laki. Kedua divisi ada praktisi Falun Gong dan yang lain termasuk pencuri, pelacur, pecandu narkoba dan pembunuh. Ada 500 tahanan di divisi wanita. Satu dari team ada 200 tahanan, 160 dari mereka adalah praktisi Falun Gong dan 40-50 adalah para pemohon.